Waspadanews.tv – Fenomena hari tanpa bayangan atau kulminasi akan terjadi di sejumlah wilayah Pulau Jawa mulai tanggal 8-14 Oktober 2024.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, kulminasi yang terjadi pada pekan depan bukan kali pertama kali muncul.
Fenomena tersebut telah muncul sejak awal tahun di beberapa wilayah berbeda. Wilayah khatulistiwa, seperti Pontianak, mengalami hari tanpa bayangan pada 21 Maret dan 23 September.
Di wilayah bagian utara khatulistiwa, yaitu Aceh, Medan, dan Manado, fenomena itu muncul setelah 21 Maret dan sebelum 23 September.
“Hari tanpa bayangan di selatan khatulistiwa, Palembang, Jakarta, Bali, dan Makassar terjadi sebelum 21 Maret dan sesudah 23 September. Pulau Jawa terjadi 8-14 Oktober,” ujar Thomas, Rabu (2/10/2024).
Apa itu hari tanpa bayangan?
Thomas menjelaskan, hari tanpa bayangan adalah fenomena saat Matahari berada tepat di atas kepala pada siang hari, sehingga bayangan jatuh di dasar benda.
“Akibatnya, bayangan benda tidak terlihat, sehingga dianggap tidak ada bayangan,” paparnya.
Senada, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ida Pramuwardani mengatakan, hari tanpa bayangan terjadi ketika Matahari tepat berada di posisi tertinggi di langit.
Deklinasi Matahari atau sudut antara sinar matahari dan bidang ekuator Bumi akan sejajar dengan lintang pengamat. Fenomena ini disebut dengan kulminasi utama.
Pada saat itu terjadi, Matahari tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Hal ini menyebabkan bayangan benda tegak tampak menghilang, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
“Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan,” kata Ida, Selasa (1/10/2024).
Mengapa hari tanpa bayangan bisa terjadi?
Ida menerangkan, fenomena ini terjadi karena bidang ekuator Bumi yang berada tidak sejajar atau miring dengan bidang ekliptika.
Sebagai informasi, ekuator adalah khatulistiwa, sebuah garis imajiner yang mengelilingi bagian tengah Bumi. Berada di antara kutub utara dan selatan pada titik koordinat 0 derajat. Sementara, eklipta adalah bidang imajiner yang membuat orbit Bumi mengelilingi Matahari.
Akibat bidang ekuator yang miring, Matahari tidak selalu berada di titik 0 derajat dan terus berubah sepanjang tahun.
“Posisi Matahari berada antara 23,5 derajat lintang utara hingga 23,5 derajat lintang selatan. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari,” jelas Ida.
Apa dampak hari tanpa bayangan?
Thomas mengatakan, hari tanpa bayangan tidak akan memberikan dampak yang signifikan, khususnya pada suhu di Indonesia.
Pasalnya, peningkatan suhu udara lebih dipengaruhi oleh awan dan pola angin yang beralih saat pancaroba.
Meski begitu, pada saat Matahari berada pada titik tertinggi, paparan sinar UV akan lebih kuat dari biasanya.
“Tetapi dampaknya tidak berbahaya, tidak ada dampak yang signifikan, sehingga tidak ada yang perlu diwaspadai,” ujar Thomas.
*Sumber: Kompas.com