Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat adanya 88 kasus terkonfirmasi Mpox atau cacar monyet di Indonesia hingga Sabtu (17/8/2024). Kasus terkonfirmasi terbanyak dilaporkan di Jakarta, yakni sebanyak 58 kasus.
Kasus Mpox juga dilaporkan tersebar di beberapa daerah seperti konfirmasi kasus Jawa Barat 13, konfirmasi kasus Banten 9, konfirmasi Jawa Timur 3, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.
Sejauh ini, Indonesia disebut masih ‘bebas’ dari varian Mpox lebih fatal. Dari 88 kasus yang terkonfirmasi sejak 2022 hingga saat ini, hampir seluruhnya dinyatakan sembuh.
“Hanya satu orang yang masih dalam perawatan,” demikian penjelasan Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes dr Yudhi Pramono, MARS dalam konferensi pers Kemenkes RI, Minggu (18/8/2024).
Bagaimana Cara Penularan Mpox?
Dikutip dari BBC, Mpox awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Tetapi, saat ini virus tersebut juga dapat menular antarmanusia.
Mpox menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Ini termasuk melalui hubungan seks, kontak kulit ke kulit, dan berbicara atau bernapas di dekat orang yang sakit.
Virus itu dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka, saluran pernapasan, atau melalui mata, hidung, serta mulut. Selain itu, Mpox juga menyebar melalui sentuhan benda yang terkontaminasi virus, seperti tempat tidur, pakaian, dan handuk.
Di Kongo, penularan wabah Mpox terjadi melalui hubungan seksual dan bentuk kontak dekat lainnya. Bahkan, virus ini juga ditemukan pada kelompok rentan, termasuk anak kecil.
Siapa yang Paling Berisiko Tertular Mpox?
Setiap manusia dapat berisiko tertular Mpox, terlebih yang melakukan kontak dekat dengan orang yang tertular virus. Salah satu cara penularan yang menjadi penyebab meningkatnya kasus Mpox adalah kontak seksual antara orang dewasa yang terinfeksi.
Para ahli mempelajari situasi tersebut untuk lebih memahami yang paling berisiko. Anak-anak kecil mungkin termasuk kelompok yang sangat rentan, karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang dan mungkin mengalami gizi buruk.
Selain itu, orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah juga mungkin rentan terhadap penyakit Mpox. Ini termasuk wanita hamil yang mungkin berisiko lebih besar.
Apa Saja Gejala Mpox?
Pada orang yang tertular atau terinfeksi virus Mpox, gejala awal yang muncul meliputi demam, sakit kepala, terjadi pembengkakan, nyeri punggung, dan nyeri otot.
Setelah demam turun, ruam akan muncul di sekitar wajah dan menyebar ke bagian tubuh lain, seperti telapak tangan dan telapak kaki. Pada beberapa kasus, ruam atau lesi juga bisa ditemukan di mulut, mata, dan alat kelamin.
Ruam yang muncul dapat terasa sangat gatal atau nyeri, sampai menyebabkan jaringan parut. Biasanya, infeksi ini dapat sembuh dengan sendirinya dan berlangsung antara 14 hingga 21 hari.
Jenis Virus Mpox
Secara umum, ada dua jenis utama dari Mpox yang menyebar di dunia, yakni clade 1 dan clade 2. Para ahli mengatakan clade Ib disebut sebagai jenis virus Mpox yang lebih serius dan dapat menyebar lebih cepat.
Di Indonesia, jenis virus Mpox yang paling banyak terdeteksi adalah clade IIb. Sementara clade Ib, sejauh ini masih belum ditemukan.
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini sebagian besar penyebaran wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar dr Yudhi.
Lalu, apa bedanya Ib dengan IIb?
Spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit infeksi dr Robert Sinto SpPD, K-PTI dari RSCM, menjelaskan perbedaan dari clade Ib dan IIb sebagai berikut:
- Klade Ib
Gejala yang disebabkan clade Ib Mpox biasanya sangat cepat. Dimulai dari demam dan belum ada ruam yang sama sekali. Sekitar 2-3 hari berikutnya, baru muncul ruam kulit pertama.
“Kemudian, kalau clade Ib gejala perubahan kulitnya sangat sistematis, cepat dalam waktu yang lebih lama,” terang dr Robert dalam konferensi pers, Minggu (18/8).
Pertama, akan muncul kemerahan pada kulit. Kemudian, muncul bintil di kulit yang mulai berisi udara. Kemudian ada pemeriksaan dan itu terjadi secara progresif dalam hitungan hari atau minggu.
“Pada satu fase kulit kita bertemu gambarannya sama semua. Jadi, kalau gambaran kemerahan di kulit akan kemerahan di kulit semua. Kalau kita bertemu dengan gambaran yang bintil, bintil semua,” lanjutnya.
Selain itu, terdapat juga perbedaan pada perubahan lesinya. Umumnya, gejala ruam Mpox clade Ib akan bisa menyebar ke lebih banyak permukaan kulit, seperti di wajah, kemudian ke badan, lengan, hingga menutup seluruh kulit.
- Klade IIb
dr Robert menjelaskan pada kebanyakan pasien clade IIb, seperti yang terdeteksi di Indonesia, tidak mengeluhkan demam. Gejala yang muncul berupa ruam, kemerahan kulit, dan muncul bintil.
“Ini agak menyimpang dari cerita klasik Mpox yang dimiliki oleh clade Ib,” kata dr Robert.
Selain demam, gambaran ruam atau bintil pada clade IIB Mpox juga lebih bervariasi. Biasanya jenis bintil yang muncul bisa bervariasi, seperti bintil berisi air hingga cekung.
Pada clade IIb, gejala yang muncul hanya beberapa bintil saja di tubuh. Misalnya hanya di tangan, di mulut, atau area kemaluan.
“Kalau yang clade IIb, itu bisa hanya beberapa bintil atau beberapa buah saja, tapi tidak menyebar ke seluruh kulit. Itu gambaran klinis dari clade IIb,” tuturnya.
***Sumber detikHealth “Fakta-fakta Mpox yang Sudah Ada Kasusnya di RI, Begini Penularan dan Gejalanya”.