MEDAN – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengambil langkah tepat dengan mendukung Walikota Medan Bobby Nasution dalam Pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu) 2024.
“Itu pilihan tepat. Istilahnya, PKS tak mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali, saya kira masyarakat Sumut juga akan memilih sikap yang sama,” simpul Idrus Djunaidi, sosok pemerhati sosial-politik, usai mengikuti diskusi internal Kelompok Kerja Kehumasan (Pokja Humas) Sumut di Medan, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Berdasarkan pemberitaan sejumlah media, termasuk tentang dukungan PKS kepada Bobby Nasution dalam Pilgubsu 2024, sejumlah pengurus Pokja Humas Sumut melakukan diskusi internal. Diskusi bertujuan membahas fenomena sikap seluruh partai politik papan atas, yang pada Pilgubsu 2018 mendukung Edy Rahmayadi justru kini mendukung Bobby Nasution.
“Kita patut berdiskusi tentang fenomena ini lantaran pasti nanti akan banyak kelompok masyarakat bertanya siapa sosok yang paling baik dipilih November mendatang. Pasti ada relasi yang bersesuaian dengan sikap parpol,” jelas
Idrus, yang tak lain merupakan salah satu pendiri Pokja Humas Sumut.
Diketahui, sejauh ini Bobby Nasution telah mendapat dukungan delapan parpol papan atas untuk mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut sebagai Calon Gubsu pada 27-29 Agustus 2024. Ke-8 parpol dimaksud adalah Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PKB, Nasdem, PPP dan PKS.
Pada Pilgubsu 2018, PKS bersama Golkar, Gerindra, PAN, Hanura, Nasdem, dan Perindo mendukung Edy Rahmayadi untuk melawan Djarot Syaiful Hidayat, jagoan PDIP. Demokrat juga mendukung Edy Rahmayadi, setelah kadernya saat itu, JR Saragih, dinyatakan tak memenuhi syarat (TMS) oleh KPU Sumut.
“Itu dia fenomenanya. Seluruh parpol papan atas yang dulu memenangkan Edy, kini tak lagi mendukungnya. Ada apa dengan Edy? Ini pertanyaan yang menggelayuti pemikiran kita, juga pastinya masyarakat. Inilah yang kita diskusikan kemungkinan penyebabnya,” ungkap Idrus.
Sosok yang juga dikenal sebagai Jurnalis ini merinci apa yang teruang dalam diskusi Pokja Humas. Pertama, yang menurut dia hampir bisa dipastikan, kalangan parpol menilai Edy Rahmayadi bukanlah sosok yang bisa diajak seiring sejalan membangun Sumut.
“Orang-orang penting di parpol itu kan berada di barisan pemenangan. Nah, setelah Edy menang, kita tidak melihat adanya momen kalangan parpol dilibatkan, setidaknya berdiskusi lanjut bagaimana mengeksekusi visi-misi “Sumut Bermartabat” yang dibangga-banggakan Edy,” tukas Idrus.
“Lalu, untuk Pilgubsu 2024, Edy kembali menjual jargon Sumut Bermartabat versi dia itu. Kalangan parpol, pendapat kita, khawatir popularitas dan elektabilitasnya ke depan akan tergerus jika kembali mendukung Edy,” tambahnya pula.
Berbanding terbalik dengan kondite Edy, lanjut Idrus, parpol pendukung Bobby Nasution di Pilkada Medan lalu masih kukuh mendukung suami Kahihayang Ayu itu di Pilgubsu 2024, kecuali PDIP. Bahkan, dua parpol yang di Pilkada Medan mendukung rival Bobby, yakni PKS dan Demokrat, kini berbalik mendukungnya.
“Tentu sikap politik kalangan partai itu punya dasar yang jelas dan terukur. Setidaknya, kondisi faktual pembangunan di Kota Medan dan kondisi Sumut selama 5 tahun dipimpin Edy,” tutup Idrus. (*)