Hingga empat tahun kepemimpinannya, pasangan Eramas (Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah) disimpulkan gagal membawa perubahan positif di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Kesimpulan tersebut merupakan rangkuman pendapat peserta sarasehan yang digelar Kelompok Kerja Kehumasan (Pokja Humas) Sumut dengan agenda refleksi empat tahun kepemimpinan Eramas. Sarasehan berlangsung di Medan, Senin (5/9/2022).
Sarasehan menghadirkan sejumlah sosok mewakili elemen kampus, pemuda, jurnalis dan politisi. Berlangsung lebih dari dua jam, sarasehan ini dipandu Sekretaris Pokja Humas Sumut, Mirza Syahputra. Menurutnya sarasehan ini bertujuan untuk mengedukasi publik tentang kondisi faktual jalannya pemerintahan di Sumut yang didasari hasil monitoring dan evaluasi para peserta sarasehan.
NAFSU BESAR, TENAGA KURANG
Membuka pandangannya, politisi Nezar Djoeli mengatakan Eramas memimpin Sumut dengan nafsu yang besar namun terlihat kekurangan sumber daya untuk mewujudkannya.
“Saya simpulkan, Eramas ini ‘nafsu besar, tenaga kurang’. Banyak yang diumbar, baik sebagai janji saat kampanye maupun retorika saat memimpin. Tapi, sejauh ini hasilnya tak ada,” tukas politisi yang saat ini merupakan Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sumut.
Politisi yang akrab disapa Maknyak ini kemudian memberi penekanan pada politik anggaran yang dijalankan Pasangan Eramas selama empat tahun memimpin. Dari bedah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumut yang dilakukannya sejak 2018, terjadi penurunan kualitas dari tahun ke tahun.
“Seperti tak ada political will Eramas terhadap kepentingan masyarakat bawah dalam pengelolaan anggaran. Sayangnya, wakil rakyat di DPRD Sumut melegalkannya dengan pengesahan APBD Provinsi. Dewan iya-iya saja dengan draft APBD yang diajukan Pemprovsu dan kemudian mereka sahkan menjadi APBD. Rakyat korbannya,” ungkap Manyak.
Dia merinci, dari tahun-ketahun komposisi anggara untuk belanja barang dan jasa Pemprovsu terus menurun. Sebaliknya, belanja pegawai terus meningkat.
“Komposisinya hingga 75 persen berbanding 25 persen. Hanya 25 persen anggaran untuk belanja barang dan jasa. Apa yang diharapkan dengan komposisi APBD seperti ini? Sederhananya, anggaran yang dirasakan langsung oleh rakyat adalah anggaran yang disalurkan untuk belanja barang dan jasa,” tukasnya.
Namun, Nezar Djoeli menghakiri pendapatnya dengan tendensi kalau kondisi tersebut terjadi lantaran Edy Rahmayadi gagal paham dengan tupoksi atau tugas pokok dan fungsinya sebagai gubernur.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Pemuda Lira Sumut, Bachtiar, menurutnya pasangan Eramas gagal di semua lini. Janji-janji tentang pembangunan infrastruktur, menurut dia sejauh ini tak menunjukkan hasil.
“Mana Sport Center, Islamic Center yang sudah ground breaking? Gapura Sport Center-nya udah belumut dan ditumbuhi rumput. Belakangan ini, publik coba dihibur dengan retorika pembangunan jalan denga skema anggaran multy years Rp2,7 triliun. Bagaimana mewujudkannya? Tak jelas semua,” sentilnya.
Tokoh muda yang akrab disapa Ahok ini mengatakan tak ada program yang betul-betul menyentuh dan tepat sasaran yang dijalankan Pemprovsu untuk sektor kepemudaan. Bahkan, dia menegaskan Gubsu Edy Rahmayadi justru terkesan menjauhi elemen pemuda.
PENGELOLAAN SDM
Ketua Pokja Humas Sumut, Dr. Supriadi, S.E., M.M., M.Si. CHRA menjadi salah satu penyampai pendapat dalam kapasitasnya sebagai akademisi. Selain aktif di berbagai organisasi, Supriadi dalam kesehariannya merupakan dosen Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Penemu teori “Counterproduktif Culture Behavior” ini merupakan pendidik yang mempunyai spesifikasi kehalian pada bidang ilmu manajemen khususnya MSDM
Supriadi melontarkan pandangan berbeda, meski tetap menyimpulkan Pasangan Eramas belum mampu sepenuhnya melaksanakan visi dan misi dalam membangun Sumut pada empat tahun masa kepemimpinan di Sumut.
“Telaah saya, program-program yang dicanangkan sebenarnya baik. Saya coba fokus pada sektor pendidikan. Karena saya berkecimpung di dunia pendidikan, saya lebih mendalami program-program pendidikan Eramas. Tak cukup waktu untuk kita jabarkan detail pada kesempatan ini, saya berharap teman-teman coba mengakses informasi tentang program pendidikan yang dicanangkan Eramas,” buka Supriadi.
Sayang, program-program tersebut tidak tereksekusi dengan baik di level teknis. Sehingga, program-program pendidikan hanya tersaji di atas kertas.
“Kesimpulan saya, human resources-nya belum baik. Eramas belum berhasil menempatkan orang yang tepat untuk mengeksekusi program di level-level teknis pada Dinas Pendidikan. Prinsip the right man on the right place belum teraplikasi dengan baik di Dinas Pendidikan hingga saat ini. Kepala dinasnya saja terus-terusan Plt (baca: pelaksana tugas),” ungkap Supriadi, sembari menekankan harapan agar Eramas dapat memperbaiki situasi pada kesempatan setahun terakhir kepemimpinan di Sumut sehingga paling tidak menjadi salah satu prestasi Eramas.
Sepakat dengan Supriadi, Idrus Djunaidi juga melontarkan harapan agar Pasangan Eramas, khususnya Gubsu Edy Rahmayadi menghentikan manuver-manuver politik pada setahun terakhir masa kepemimpinan.
“Fokuslah memperbaiki keadaan. Sudahi tebar pesona dan retorika untuk kepentingan 2024. Setahun terakhir, hingga 2023, coba beri karya yang bisa menyentuh kepentingan langsung masyarakat Sumut,” tukas Idrus.
Seluruh peserta sarasehan selanjutnya merekomendasikan agar refleksi empat tahun kepemimpinan Eramas di Sumut dapat dilakukan secara marathon dengan metode tematik menyasar ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan serta pertahanan dan keamanan). Sehingga, secara mendetail dapat diulas seluruh sendi pemerintahan agar menjadi referensi paripurna bagi masyarakat. (*)
Kunjungi Channel YouTube Waspada News TV Untuk Berita Menarik Lainnya.