Penegasan itu disampaikan direktur utama holding PT Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani dalam sambutannya pada acara peluncuran Institut Teknologi Sawit Indonesia atau ITSI di kampus jalan Williem Iskandar Medan Estate Jumat siang.
Menurut Abdul Ghani pihaknya saat ini sedang memperjuangkan untuk bisa mengubah kelapa sawit menjadi tanaman hutan, sebab ada sekitar 14 juta hektar hutan dalam kondisi rusak yang bisa dimanfaatkan untuk areal budidaya tanaman kelapa sawit. Jika disatukan dengan 16 juta hektar areal kelapa sawit yang ada saat ini maka Indonesia akan memiliki areal kelapa sawit seluas 30 juta hektar.
Dengan hasil rata-rata 4 ton CPO per hektar per tahun maka akan dihasilkan 120 juta ton CPO yang nilainya bisa mencapai 30 milyar dollar US atau setara 50 trilyun rupiah.
Tidak hanya pendapatan Indonesia juga bisa melakukan swasembada bahan bakar dan puluhan jenis produksi hilir turunan CPO lainnya.
Institut Teknologi Sawit Indonesia atau ITSI merupakan transformasi lembaga pendidikan perkebunan yang semula bernama STIPAP dengan nama yang fokus untuk kelapa sawit diharapkan mampu melahirkan tenaga-tenaga yang handal untuk bersaing dalam mengolah dan memanfaatkan produk perkebunan kelapa sawit.
Harapan hadirnya tenaga-tenaga kelapa sawit yang handal juga diungkapkan gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi sebagai wilayah yang memiliki areal kelapa sawit terbesar di Indonesia Sumatera Utara membutuhkan SDM unggul.
ITSI yang bernaung di bawah Yayasan Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta akan menjalankan 4 program pendidikan studi di antaranya agro bisnis, proteksi perkebunan, teknologi informasi dan teknologi kimia dengan jenjang diploma 4 dan strata satu.
Sebelum menjadi ITSI STIPAP memiliki 1500 mahasiswa yang sebagian mendapat dukungan penuh dari perusahaan perkebunan negara atau PTPN yang ada di Sumatera Utara dan perusahaan perkebunan negara itu pula yang kemudian merekrut lulusan STIPAP sebagai tenaga kerja.
Jangan Lupa Kunjungi Channel YouTube Waspada News TV Untuk Berita Menarik Lainnya.